Mengukur Loneliness: Analisis Psikometri Skala Loneliness pada Mahasiswa Baru di Perguruan Tinggi (SKMB)

 

Miftakhul Maghfiroh

Universitas Negeri Surabaya/Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Surabaya, Kota Surabaya

 

Tazkiya Saidah

Universitas Negeri Surabaya/Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Surabaya, Kota Surabaya

 

Syifa Ainur Rafiqoh

Universitas Negeri Surabaya/Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Surabaya, Kota Surabaya

 

Debi Safira Anindya Anwar

Universitas Negeri Surabaya/Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Surabaya, Kota Surabaya

 

Nasywa Aji Zayyan Hanun

Universitas Negeri Surabaya/Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Surabaya, Kota Surabaya

 

 

Abstrak. Penelitian ini berangkat dari tingginya kasus kesepian (loneliness) yang dialami mahasiswa baru, terutama pada masa awal adaptasi terhadap lingkungan sosial dan akademik. Kesepian diartikan sebagai keadaan emosional yang tidak menyenangkan akibat ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang diinginkan dengan yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan menguji keandalan serta validitas alat ukur Skala Kesepian Mahasiswa Baru (SKMB). Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif, melalui dua tahap uji coba dengan melibatkan mahasiswa baru sebagai partisipan. Data dianalisis menggunakan perangkat JASP dan WINSTEPS untuk menilai konsistensi alat ukur dan kelayakan item. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SKMB memiliki tingkat reliabilitas yang sangat baik dengan konsistensi internal yang memadai. Item yang memiliki daya beda rendah dihapus untuk meningkatkan kualitas skala, menghasilkan alat ukur akhir yang terdiri dari 16 item valid dan andal. Penelitian ini juga menemukan bahwa mahasiswa perempuan cenderung mengalami kesepian lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yang dapat dikaitkan dengan kebutuhan interpersonal yang lebih mendalam. Berdasarkan hasil ini, SKMB dapat digunakan sebagai alat yang efektif untuk mengidentifikasi kesepian pada mahasiswa baru. Penelitian ini juga menekankan pentingnya intervensi khusus untuk mendukung mahasiswa baru yang mengalami kesepian, guna mempermudah adaptasi mereka di lingkungan kampus. Studi lebih lanjut disarankan untuk mengeksplorasi faktor lain yang berpotensi memengaruhi tingkat kesepian mahasiswa.

 

Kata Kunci: kesepian, mahasiswa baru, skala kesepian, reliabilitas, validitas, adaptasi sosial

 

Measuring Loneliness: Psychometric Analysis of the Loneliness Scale for New Students in Higher Education (SKMB)

 

            

Abstract. This research is based on the high incidence of loneliness experienced by new students, particularly during the early stages of adaptation to social and academic environments. Loneliness is defined as an emotional state of discomfort resulting from a mismatch between desired and actual social relationships. This study aims to design and test the reliability and validity of the New Student Loneliness Scale (NSLS). The approach used is quantitative, involving two stages of trials with new students as participants. The data were analyzed using JASP and WINSTEPS software to assess the consistency of the measurement tool and the suitability of the items. The results showed that the NSLS demonstrated excellent reliability with adequate internal consistency. Items with low item discrimination were removed to improve the scale's quality, resulting in a final tool consisting of 16 valid and reliable items. This study also found that female students tend to experience higher levels of loneliness compared to male students, which can be linked to a greater need for interpersonal connections. Based on these findings, the NSLS can be used as an effective tool to identify loneliness in new students. The research also highlights the importance of targeted interventions to support lonely new students and ease their adaptation to campus life. Further studies are recommended to explore other factors that may influence students' levels of loneliness.

 

Keywords: loneliness, new students, loneliness scale, reliability, validity, social adaptation

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Korespondensi: Nasywa Aji Zayyan Hanun. Email: nasywaaji.23011@mhs.unesa.ac.id


 

Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah mahasiswa yang melanjutkan pendidikan tinggi di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, terus meningkat, sementara permasalahan kesehatan mental di kalangan mahasiswa baru telah menjadi perhatian yang semakin mendesak. Mahasiswa baru sering menghadapi tantangan adaptasi sosial yang berat, termasuk perasaan kesepian akibat jauh dari keluarga dan lingkungan rumah yang akrab, sehingga loneliness atau perasaan kesepian ini menjadi salah satu isu yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan akademik mereka. Masalah utama yang biasa dihadapi oleh mahasiswa baru adalah tingginya tingkat kesepian, yang dapat memengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan mereka, oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengukur skala loneliness pada mahasiswa baru, mengingat peralihan ini sering kali disertai dengan tantangan sosial dan emosional yang baru.

          Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengukur loneliness di kalangan mahasiswa. Misalnya, penelitian oleh (Wijaya & Fahrul Rozi, 2024) menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa baru yang merantau mengalami tingkat loneliness sedang. Selain itu pada penelitian lainnya menunjukkan bahwa dukungan teman sebaya berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan psikologis sebesar 23,6%, dengan korelasi 0,486 dan determinasi 0,236 ini artinya dukungan sosial teman sebaya erpengaruh terhadap tingkat kesepian pada mahasiswa baru (Satria & Kurniawati, 2024). Namun, masih terdapat kekurangan dalam literatur mengenai pengaruh spesifik dari faktor-faktor lokal dan budaya di Jawa Timur terhadap pengalaman kesepian mahasiswa baru.

Penelitian ini memiliki signifikansi tinggi karena dapat memberikan data empiris yang diperlukan untuk memahami masalah kesepian di kalangan mahasiswa baru di Jawa Timur. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang kondisi psikologis mahasiswa baru di Jawa Timur. Oleh karena itu, diharapkan bahwa penelitian ini akan menjadi referensi penting untuk membangun program pencegahan dan pencegahan kesepian.

Metode

Subjek

Penelitian ini melibatkan responden sejumlah 56 mahasiswa baru aktif. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, partisipan penelitian ini terdiri oleh perempuan dengan jumlah 41 responden, yang mencakup 73,21% dari total. Sementara itu, responden laki-laki berjumlah 15 orang, atau 26,79%. Menurut Helaluddin et al. (2022) hampir di seluruh universitas memiliki jumlah mahasiswa perempuan yang cukup banyak. Bahkan, beberapa jurusan atau program studi justru didominasi oleh mahasiswa perempuan.

Kemudian, karakteristik umur partisipan penelitian yang terbanyak adalah partisipan dengan umur 19 tahun yang mencakup 44,6 % dari total. Penelitian ini mengambil subjek mahasiswa baru berusia 17-20 tahun. Menurut Sarwono (2001, dalam Sari et al., 2006) dalam umur tersebut termasuk kategori remaja. Rentang usia ini, individu sedang aktif membangun hubungan sosial, namun perasaan kesepian dapat muncul jika mereka kesulitan menjalin koneksi sosial. Dikuatkan oleh penelitian Sabrina et al. (2022), bahwa remaja yang mengalami loneliness cenderung menunjukkan perilaku sedih, khawatir, atau merenung.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala loneliness yang tengah dalam tahap pengembangan kepada 56 mahasiswa baru sebagai subjek penelitian melalui google form. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan metode uji psikometrik untuk mengukur validitas dan reliabilitas skala tersebut. Selanjutnya, hasil analisis dijadikan dasar untuk mengembangkan skala loneliness yang lebih spesifik dan relevan dengan kondisi psikologis mahasiswa baru, sehingga menghasilkan instrumen yang efektif dalam penelitian sejenis.

Definisi Operasional

Loneliness adalah perasaan yang dirasakan ketika hubungan sosial yang tidak sesuai dengan harapan, sehingga menyebabkan perasaan terisolasi pada mahasiswa. Loneliness merupakan respons emosional yang tidak menyenangkan terhadap isolasi yang dirasakan. Pengalaman kesepian dapat diukur dari personality, social desirability, dan depression.

Prosedur

Dalam penelitian ini, pengembangan skala motivasi belajar dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

a.       Persiapan

Pada tahap persiapan, peneliti menentukan ruang lingkup pengukuran yang akan digunakan. Dengan memahami batasan-batasan yang ada, peneliti memastikan bahwa skala psikologi yang dibuat dapat mengukur hal-hal yang relevan dan menyeluruh, sehingga mendukung keabsahan isi skala. Selanjutnya, peneliti menetapkan empat aspek utama loneliness, yaitu: personality, social desirability, dan depression. Setelah itu, peneliti menentukan atribut dan indikator yang berhubungan dengan motivasi belajar. Proses ini kemudian diikuti dengan penyusunan blue-print, yang menjadi gambaran tentang isi skala serta panduan agar skala tetap sesuai dengan ruang lingkup yang telah ditentukan.

b.       Penulisan item

Penulisan item dilakukan berdasarkan blueprint yang telah disusun sebelumnya. Format item dalam penelitian ini berupa pernyataan dengan skala respon yang mengacu pada model Likert, yang terdiri dari empat pilihan jawaban: TP (Tidak Pernah), J (Jarang), K (Kadang-kadang), dan S (Setuju).

c.        Try out pertama

Sebelum dilakukan uji coba pada responden, dilakukan validitas isi untuk menyeleksi item yang akan diuji. Uji coba (try out) dilaksanakan pada 65 mahasiswa sebagai responden. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk mengumpulkan data respons dari peserta yang akan digunakan dalam proses penskalaan serta evaluasi kualitas item secara statistik.

d.       Try out kedua (data penelitian)

Setelah pelaksanaan uji coba pertama (tryout), dilakukan uji coba kedua untuk mengumpulkan data penelitian. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi efektivitas skala dalam mengukur tingkat loneliness pada kelompok subjek yang berbeda. Pada tahap ini, pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner berbasis Google Form kepada 56 mahasiswa yang berperan sebagai responden.

e.       Uji psikometrik

Uji psikometrik dilakukan dengan menganalisis data yang diperoleh dari uji coba. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan software JASP windows versi 0.18.10 dan Winsteps versi 3.73.0.

Hasil

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis skala loneliness pada mahasiswa baru, Tahapan analisis diawali dengan pemeriksaan validitas isi yang mencakup empat aspek utama, yaitu: 1) Personality, yang mengacu pada kepribadian individu berdasarkan struktur psikofisik yang memengaruhi perilaku dan cara berpikir; 2) Social desirability, yakni dorongan untuk menciptakan kehidupan sosial yang diinginkan oleh orang-orang di sekitar individu; 3) Depression, yaitu tekanan emosional yang berpotensi memicu depresi. Selanjutnya, reliabilitas skala diuji menggunakan koefisien alpha dengan bantuan perangkat lunak JASP versi 0.18.10 untuk Windows dan Winstep. Tahap akhir melibatkan proses seleksi aitem untuk memastikan instrumen memenuhi standar pengukuran yang baik.

1.       Hasil Uji Validitas

 

2.       Realibilitas Try Out Pertama

Realibility Statistics

Cronbach Alpha

N of Items

0.850

20

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas menggunakan keofisien alpha dengan program JASP windows versi 0.18.10 . Data menunjukkan bahwa reliabilitas Cronbach's α sebesar 0,850 yang berada diatas batas minimum <0,7 untuk menunjukkan reliabilitas cukup baik. Analisis item menunjukkan sebagian besar memiliki daya beda item yang baik.

Namun, terdapat beberapa item yang memiliki daya beda item yang kecil, daya beda item yang dimaksud di sini adalah item yang bisa membedakan seseorang dengan loneliness dan tidak. Item yang memiliki daya beda item yang kecil (<0.3) perlu dieliminasi, agar skala menjadi lebih reliabel. Adapun Item-item yang perlu dieliminasi dalam skala ini ditemukan ada 4 item, yakni: 

 1. Item nomor B7 (0.257)

2. Item nomor B17 (-0.552)

 3. Item nomor B18 (0.206)

 4. Item nomor B20 (0.310)

              Dengan catatan, item B20 dieliminasi karena ketika hanya mengeliminasi item B7, B17, dan B18, item B20 tersebut memiliki daya beda 0.273 yang mana daya beda item tersebut tergolong kecil, dan perlu dieliminasi.

Sedangkan, Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas menggunakan keofisien alpha dengan program JASP windows versi 0.18.10. Nilai reliability cronbach alpha ditunjukkan sebesar 0,85 yang menunjukkan bahwa instrumen memiliki konsistensi internal yang baik (>0.7). Artinya, instrumen ini baik dan andal untuk mengukur loneliness mahasiswa.

 

3.       Realibilitas Try Out Kedua

Realibility Statistics

Cronbach Alpha

N of Items

0.884

16

Data menunjukkan bahwa reliabilitas Cronbach's α sebesar 0,884 yang berada di atas batas minimum <0,7 untuk menunjukkan reliabilitas cukup baik. Analisis item menunjukkan sebagian besar sudah  memiliki daya beda item yang baik (<0.3). Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa setelah eliminasi, reliabilitas semakin baik dengan daya beda item terkecil berada di bawah 0,4.

Sedangkan, Berdasarkan hasil analisis data menggunakan aplikasi winsteps, di bagian summary statistic menunjukkan bahwa nilai reliabilitas cronbach alpha sebesar 0,88 yang menunjukkan bahwa instrumen memiliki konsistensi internal yang baik (>0.7). Artinya, instrumen ini baik dan andal untuk mengukur loneliness mahasiswa.

 

Pembahasan

Penelitian ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman kesepian pada mahasiswa baru melalui pengembangan Skala Kesepian Mahasiswa Baru (SKMB) yang valid dan reliabel. Instrumen ini menunjukkan reliabilitas yang sangat baik dengan nilai Cronbach’s Alpha yang meningkat dari 0,850 pada try out pertama menjadi 0,884 pada try out kedua, yang menunjukkan konsistensi yang tinggi dalam mengukur tingkat kesepian. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan instrumen serupa, seperti UCLA Loneliness Scale yang menunjukkan reliabilitas tinggi dalam mengukur kesepian (Russell, 1996). Temuan ini juga memperkuat bukti bahwa alat ukur yang baik dapat menjadi sarana yang efektif untuk menilai kondisi emosional mahasiswa baru di lingkungan kampus.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perempuan cenderung melaporkan tingkat kesepian yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yang konsisten dengan penelitian Wedaloka & Turnip (2019), yang mengemukakan bahwa perempuan cenderung memiliki skor kesepian yang lebih tinggi, terutama dalam dimensi emosional dan sosial. Penemuan ini dapat dijelaskan dengan teori kebutuhan sosial Maslow (1943), yang menyatakan bahwa hubungan sosial yang mendalam merupakan kebutuhan dasar bagi individu, dan perempuan lebih cenderung merasa terhubung dengan orang lain secara emosional. Oleh karena itu, perempuan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hubungan interpersonal ini cenderung merasa lebih kesepian.

Namun, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain dominasi partisipan perempuan yang membatasi kemampuan untuk menggeneralisasi temuan kepada populasi laki-laki. Selain itu, penelitian ini belum mempertimbangkan faktor eksternal, seperti dukungan keluarga atau faktor sosial-ekonomi, yang dapat memengaruhi tingkat kesepian. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya disarankan untuk melibatkan populasi yang lebih beragam dan mempertimbangkan faktor kontekstual lainnya, serta melakukan pengujian lebih lanjut untuk mengeksplorasi pengaruh faktor-faktor lain terhadap kesepian mahasiswa baru. Peneliti juga disarankan untuk memperluas instrumen ini dengan memasukkan lebih banyak dimensi psikologis yang mungkin mempengaruhi kesepian, seperti kecemasan atau stres akademik.

Simpulan

Loneliness merupakan sebuah kondisi emosional yang muncul ketika seseorang merasa ada ketidaksesuaian jumlah dan kualitas antara hubungan sosial yang dimiliki dengan hubungan sosial yang diinginkan. Untuk mengukur loneliness, skala disusun melalui tahapan pembuatan item, try out pertama, dan try out kedua (data penelitian).

Pada try out pertama, yang melibatkan 39 mahasiswa/i baru angkatan 2024 sebagai responden, kuesioner dibagikan melalui Google Form. Hasil analisis menunjukkan nilai reliabilitas α = 0,850 dengan 20 item, yang terdiri dari 13 item favorable dan 7 item unfavorable. Namun, setelah analisis lebih lanjut, terdapat 4 item yang gugur. Selanjutnya, dilakukan try out kedua dengan melibatkan 56 mahasiswa/i baru angkatan 2024. Hasil analisis dari try out kedua menunjukkan peningkatan reliabilitas dengan nilai α = 0,886. Skala akhir terdiri dari 16 item, yang terdiri atas 11 item  favorable dan 5 item unfavorable.

Berdasarkan data yang sudah diolah menggunakan analisis JASP dan Winstep, menunjukkan reliabilitas yang baik dengan Cronbach's Alpha sekitar 0.88. JASP berfokus pada analisis sederhana menggunakan teori tes klasik dengan melihat hubungan antar item dan bagaimana penghapusan item tertentu dapat memengaruhi reliabilitas skala. Sementara itu, WINSTEPS menggunakan Item Response Theory (IRT), khususnya analisis Rasch yang tergolong pada teori tes modern, yang memberikan informasi lebih rinci tentang kemampuan mahasiswa dan kecocokan data dengan model melalui INFIT/OUTFIT. Oleh karena itu, JASP cocok untuk mengukur reliabilitas keseluruhan skala, sementara WINSTEPS lebih cocok untuk analisis mendalam, seperti evaluasi soal per soal dalam skala.

Saran

Saran dalam penelitian ini disampaikan untuk memberikan panduan bagi para peneliti, subjek penelitian, serta masyarakat umum dalam menghadapi dan mengatasi masalah loneliness, terutama di kalangan mahasiswa baru. Pertama, bagi para penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pengujian skala pada kelompok yang lebih beragam, baik dari segi latar belakang pendidikan maupun demografi, untuk memastikan bahwa skala yang digunakan tetap relevan di berbagai konteks. Selain itu, peneliti dapat menggali lebih dalam mengenai faktor-faktor eksternal yang mungkin memengaruhi tingkat loneliness mahasiswa, seperti dukungan sosial, interaksi di media sosial, atau aspek psikologis lainnya. Penggunaan teknologi seperti aplikasi atau platform daring untuk pengumpulan data juga dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pengumpulan responden.

Kedua, Bagi mahasiswa terutama yang baru memasuki dunia kampus, disarankan untuk lebih aktif dalam membangun hubungan sosial yang sehat dan mendukung, baik dengan teman sekelas maupun dengan anggota organisasi kemahasiswaan. Keikutsertaan dalam kegiatan sosial dan akademik dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan meningkatkan kesejahteraan emosional. Mahasiswa juga dapat mencari dukungan psikologis jika merasa kesulitan beradaptasi atau mengalami tingkat loneliness yang tinggi.

Ketiga, masyarakat umum khususnya orang tua dan pihak terkait dalam dunia pendidikan, disarankan untuk lebih peka terhadap kondisi emosional mahasiswa baru yang sedang menjalani transisi ke kehidupan kampus. Dukungan yang diberikan, baik secara langsung maupun melalui program pendampingan atau konseling, dapat memainkan peran penting dalam membantu mahasiswa mengatasi kesepian dan kesulitan sosial lainnya. Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di kalangan mahasiswa perlu terus ditingkatkan agar mereka dapat menjalani kehidupan kampus dengan lebih seimbang dan sehat secara emosional.

 

Ucapan  Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam pelaksanaan penelitian ini. Ucapan terima kasih khusus disampaikan kepada mahasiswa baru yang telah berpartisipasi dalam uji coba Skala Kesepian Mahasiswa Baru (SKMB) dan memberikan kontribusi data yang sangat berharga. Kami juga mengapresiasi kerjasama yang terjalin dengan rekan-rekan yang turut serta dalam proses penyusunan serta analisis data. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan penelitian ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan kontribusi yang sangat berarti dari semua pihak yang terlibat.

 

Referensi

 

Abraham, Maslow. 1943. A Theory of Human Motivation. USA : Martino Fine Books.

Amaniah, R. N. (2024). Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kesepian Pada Mahasiswa Perantau. 4, 2764–2775. https://eprints.umm.ac.id/id/eprint/4022/1/SKRIPSI.pdf

Helaluddin, H., Alamsyah, A., & Purwati, D. (2022). Kesetaraan gender di perguruan tinggi: Masihkah sebatas konsep? Raheema, 9(1). https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/raheema/article/view/1664/pdf

Russell, D. W. (1996). UCLA Loneliness Scale (Version 3): Reliability, validity, and factor structure. Journal of Personality Assessment, 66(1), 20–40. https://doi.org/10.1207/s15327752jpa6601_2

Sabrina, K. N., Syakarofath, N. A., Karmiyati, D., & Widyasari, D. C. (2022). Loneliness dan Internalizing Problems Remaja. Psychopolytan: Jurnal Psikologi, 5(2). https://jurnal.univrab.ac.id/index.php/psi/article/view/2337/1158

Sari, R. P., Rejeki, T., & Mujab, A. (2006). Pengungkapan diri mahasiswa tahun pertama Universitas Diponegoro ditinjau dari jenis kelamin dan harga diri. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3(2). https://doi.org/https://doi.org/10.14710/empati.2014.7615

Wedaloka, K. B., & Turnip, S. S. (2019). Gender differences in the experience of loneliness among adolescents in Jakarta. Humanitas Indonesian Psychological Journal, 16(1), 33–42. https://journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/11311/pdf_19

Wijaya, A. P. P., & Fahrul Rozi. (2024). Pengaruh Psychological Well-Being Dan Perceived Social Support Terhadap Loneliness Pada Mahasiswa Perantau. G-Couns: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 9(1), 200–208. https://doi.org/10.31316/gcouns.v9i1.6325

 

 



Komentar