Mengukur Loneliness: Analisis Psikometri Skala Loneliness pada Mahasiswa Baru di Perguruan Tinggi (SKMB)
Miftakhul Maghfiroh
Universitas Negeri Surabaya/Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi,
Universitas Negeri Surabaya, Kota Surabaya
Tazkiya Saidah
Universitas Negeri Surabaya/Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi,
Universitas Negeri Surabaya, Kota Surabaya
Syifa Ainur Rafiqoh
Universitas Negeri Surabaya/Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi,
Universitas Negeri Surabaya, Kota Surabaya
Debi Safira Anindya Anwar
Universitas Negeri Surabaya/Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi,
Universitas Negeri Surabaya, Kota Surabaya
Nasywa Aji Zayyan Hanun
Universitas Negeri Surabaya/Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi,
Universitas Negeri Surabaya, Kota Surabaya
Abstrak. Penelitian ini
berangkat dari tingginya kasus kesepian (loneliness) yang dialami
mahasiswa baru, terutama pada masa awal adaptasi terhadap lingkungan sosial dan
akademik. Kesepian diartikan sebagai keadaan emosional yang tidak menyenangkan
akibat ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang diinginkan dengan yang
dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan menguji keandalan serta
validitas alat ukur Skala Kesepian Mahasiswa Baru (SKMB). Pendekatan yang
digunakan adalah kuantitatif, melalui dua tahap uji coba dengan melibatkan
mahasiswa baru sebagai partisipan. Data dianalisis menggunakan perangkat JASP
dan WINSTEPS untuk menilai konsistensi alat ukur dan kelayakan item. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa SKMB memiliki tingkat reliabilitas yang sangat
baik dengan konsistensi internal yang memadai. Item yang memiliki daya beda
rendah dihapus untuk meningkatkan kualitas skala, menghasilkan alat ukur akhir
yang terdiri dari 16 item valid dan andal. Penelitian ini juga menemukan bahwa
mahasiswa perempuan cenderung mengalami kesepian lebih tinggi dibandingkan
laki-laki, yang dapat dikaitkan dengan kebutuhan interpersonal yang lebih
mendalam. Berdasarkan hasil ini, SKMB dapat digunakan sebagai alat yang efektif
untuk mengidentifikasi kesepian pada mahasiswa baru. Penelitian ini juga
menekankan pentingnya intervensi khusus untuk mendukung mahasiswa baru yang
mengalami kesepian, guna mempermudah adaptasi mereka di lingkungan kampus.
Studi lebih lanjut disarankan untuk mengeksplorasi faktor lain yang berpotensi
memengaruhi tingkat kesepian mahasiswa.
Kata Kunci:
kesepian, mahasiswa baru, skala kesepian,
reliabilitas, validitas, adaptasi sosial
Measuring Loneliness: Psychometric
Analysis of the Loneliness Scale for New Students in Higher Education (SKMB)
Abstract. This research is based on the high incidence of loneliness
experienced by new students, particularly during the early stages of adaptation
to social and academic environments. Loneliness is defined as an emotional
state of discomfort resulting from a mismatch between desired and actual social
relationships. This study aims to design and test the reliability and validity
of the New Student Loneliness Scale (NSLS). The approach used is quantitative,
involving two stages of trials with new students as participants. The data were
analyzed using JASP and WINSTEPS software to assess the consistency of the
measurement tool and the suitability of the items. The results showed that the
NSLS demonstrated excellent reliability with adequate internal consistency.
Items with low item discrimination were removed to improve the scale's quality,
resulting in a final tool consisting of 16 valid and reliable items. This study
also found that female students tend to experience higher levels of loneliness
compared to male students, which can be linked to a greater need for interpersonal
connections. Based on these findings, the NSLS can be used as an effective tool
to identify loneliness in new students. The research also highlights the
importance of targeted interventions to support lonely new students and ease
their adaptation to campus life. Further studies are recommended to explore
other factors that may influence students' levels of loneliness.
Keywords: loneliness,
new students, loneliness scale, reliability, validity, social adaptation
Korespondensi:
Nasywa Aji Zayyan Hanun.
Email: nasywaaji.23011@mhs.unesa.ac.id
Dalam beberapa tahun
terakhir, jumlah mahasiswa yang melanjutkan pendidikan tinggi di Indonesia,
khususnya di Jawa Timur, terus meningkat, sementara permasalahan kesehatan
mental di kalangan mahasiswa baru telah menjadi perhatian yang semakin
mendesak. Mahasiswa baru sering menghadapi tantangan adaptasi sosial yang
berat, termasuk perasaan kesepian akibat jauh dari keluarga dan lingkungan
rumah yang akrab, sehingga loneliness atau perasaan kesepian ini menjadi salah
satu isu yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan akademik mereka.
Masalah utama yang biasa dihadapi oleh mahasiswa baru adalah tingginya tingkat
kesepian, yang dapat memengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan mereka,
oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengukur skala loneliness pada
mahasiswa baru, mengingat peralihan ini sering kali disertai dengan tantangan
sosial dan emosional yang baru.
Beberapa penelitian
telah dilakukan untuk mengukur loneliness di kalangan mahasiswa. Misalnya,
penelitian oleh (Wijaya & Fahrul Rozi, 2024)
menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa baru yang merantau mengalami tingkat
loneliness sedang. Selain itu pada penelitian lainnya menunjukkan bahwa
dukungan teman sebaya berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan psikologis
sebesar 23,6%, dengan korelasi 0,486 dan determinasi 0,236 ini artinya dukungan
sosial teman sebaya erpengaruh terhadap tingkat kesepian pada mahasiswa baru (Satria & Kurniawati, 2024). Namun,
masih terdapat kekurangan dalam literatur mengenai pengaruh spesifik dari
faktor-faktor lokal dan budaya di Jawa Timur terhadap pengalaman kesepian
mahasiswa baru.
Penelitian ini
memiliki signifikansi tinggi karena dapat memberikan data empiris yang
diperlukan untuk memahami masalah kesepian di kalangan mahasiswa baru di Jawa
Timur. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang kondisi
psikologis mahasiswa baru di Jawa Timur. Oleh karena itu, diharapkan bahwa
penelitian ini akan menjadi referensi penting untuk membangun program
pencegahan dan pencegahan kesepian.
Metode
Subjek
Penelitian ini melibatkan responden sejumlah 56 mahasiswa baru
aktif. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, partisipan penelitian ini
terdiri oleh perempuan dengan jumlah 41 responden, yang mencakup 73,21% dari
total. Sementara itu, responden laki-laki berjumlah 15 orang, atau 26,79%.
Menurut Helaluddin et al. (2022) hampir di seluruh universitas memiliki jumlah
mahasiswa perempuan yang cukup banyak. Bahkan, beberapa jurusan atau program
studi justru didominasi oleh mahasiswa perempuan.
Kemudian, karakteristik umur partisipan penelitian
yang terbanyak adalah partisipan dengan umur 19 tahun yang mencakup 44,6 % dari
total. Penelitian ini mengambil subjek mahasiswa baru berusia 17-20 tahun.
Menurut Sarwono (2001, dalam Sari et al., 2006) dalam umur tersebut termasuk
kategori remaja. Rentang usia ini, individu sedang aktif membangun hubungan
sosial, namun perasaan kesepian dapat muncul jika mereka kesulitan menjalin
koneksi sosial. Dikuatkan oleh penelitian Sabrina et al. (2022), bahwa remaja
yang mengalami loneliness cenderung menunjukkan perilaku sedih,
khawatir, atau merenung.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan melalui
penyebaran skala loneliness yang tengah dalam tahap pengembangan kepada
56 mahasiswa baru sebagai subjek penelitian melalui google form. Data yang
terkumpul dianalisis menggunakan metode uji psikometrik untuk mengukur
validitas dan reliabilitas skala tersebut. Selanjutnya, hasil analisis
dijadikan dasar untuk mengembangkan skala loneliness yang lebih spesifik
dan relevan dengan kondisi psikologis mahasiswa baru, sehingga menghasilkan
instrumen yang efektif dalam penelitian sejenis.
Definisi Operasional
Loneliness adalah perasaan yang dirasakan ketika hubungan sosial
yang tidak sesuai dengan harapan, sehingga menyebabkan perasaan terisolasi pada
mahasiswa. Loneliness merupakan respons emosional yang tidak
menyenangkan terhadap isolasi yang dirasakan. Pengalaman kesepian dapat diukur
dari personality, social desirability, dan depression.
Prosedur
Dalam
penelitian ini, pengembangan skala motivasi belajar dilakukan melalui beberapa
tahapan sebagai berikut:
a.
Persiapan
Pada
tahap persiapan, peneliti menentukan ruang lingkup pengukuran yang akan
digunakan. Dengan memahami batasan-batasan yang ada, peneliti memastikan bahwa
skala psikologi yang dibuat dapat mengukur hal-hal yang relevan dan menyeluruh,
sehingga mendukung keabsahan isi skala. Selanjutnya, peneliti menetapkan empat
aspek utama loneliness,
yaitu: personality, social desirability, dan
depression.
Setelah itu, peneliti menentukan atribut dan indikator yang berhubungan dengan
motivasi belajar. Proses ini kemudian diikuti dengan penyusunan blue-print,
yang menjadi gambaran tentang isi skala serta panduan agar skala tetap sesuai
dengan ruang lingkup yang telah ditentukan.
b.
Penulisan item
Penulisan
item dilakukan berdasarkan blueprint yang telah disusun sebelumnya. Format item
dalam penelitian ini berupa pernyataan dengan skala respon yang mengacu pada
model Likert, yang terdiri dari empat pilihan jawaban: TP (Tidak Pernah), J
(Jarang), K (Kadang-kadang), dan S (Setuju).
c.
Try out pertama
Sebelum
dilakukan uji coba pada responden, dilakukan validitas isi untuk menyeleksi
item yang akan diuji. Uji coba (try out) dilaksanakan pada 65 mahasiswa sebagai responden. Tujuan dari uji coba ini
adalah untuk mengumpulkan data respons dari peserta yang akan digunakan dalam
proses penskalaan serta evaluasi kualitas item secara statistik.
d.
Try out kedua (data penelitian)
Setelah pelaksanaan uji coba pertama (tryout),
dilakukan uji coba kedua untuk mengumpulkan data penelitian. Tujuannya adalah
untuk mengevaluasi efektivitas skala dalam mengukur tingkat loneliness pada
kelompok subjek yang berbeda. Pada tahap ini, pengumpulan data dilakukan
melalui penyebaran kuesioner berbasis Google Form kepada 56 mahasiswa yang
berperan sebagai responden.
e.
Uji psikometrik
Uji
psikometrik dilakukan dengan menganalisis data yang diperoleh dari uji coba.
Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan software JASP windows versi
0.18.10 dan Winsteps versi 3.73.0.
Hasil
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan
menganalisis skala loneliness pada mahasiswa baru, Tahapan analisis diawali dengan pemeriksaan validitas isi yang
mencakup empat aspek utama, yaitu: 1) Personality, yang mengacu pada
kepribadian individu berdasarkan struktur psikofisik yang memengaruhi perilaku
dan cara berpikir; 2) Social desirability, yakni dorongan untuk menciptakan
kehidupan sosial yang diinginkan oleh orang-orang di sekitar individu; 3)
Depression, yaitu tekanan emosional yang berpotensi memicu depresi. Selanjutnya,
reliabilitas skala diuji menggunakan koefisien alpha dengan bantuan perangkat
lunak JASP versi 0.18.10 untuk Windows dan Winstep. Tahap akhir melibatkan
proses seleksi aitem untuk memastikan instrumen memenuhi standar pengukuran
yang baik.
1.
Hasil
Uji Validitas
2.
Realibilitas
Try Out Pertama
Realibility Statistics |
|
Cronbach Alpha |
N of Items |
0.850 |
20 |
Berdasarkan
hasil perhitungan reliabilitas menggunakan keofisien alpha dengan program JASP
windows versi 0.18.10 . Data menunjukkan bahwa reliabilitas Cronbach's α sebesar 0,850 yang berada
diatas batas minimum <0,7 untuk menunjukkan reliabilitas cukup baik.
Analisis item menunjukkan sebagian besar memiliki daya beda item yang baik.
Namun,
terdapat beberapa item yang memiliki daya beda item yang kecil, daya beda item
yang dimaksud di sini adalah item yang bisa membedakan seseorang dengan
loneliness dan tidak. Item yang memiliki daya beda item yang kecil (<0.3)
perlu dieliminasi, agar skala menjadi lebih reliabel. Adapun Item-item yang
perlu dieliminasi dalam skala ini ditemukan ada 4 item, yakni:
1. Item nomor B7 (0.257)
2. Item nomor B17
(-0.552)
3. Item nomor B18 (0.206)
4. Item nomor B20 (0.310)
Dengan catatan, item
B20 dieliminasi karena ketika hanya mengeliminasi item B7, B17, dan B18, item
B20 tersebut memiliki daya beda 0.273 yang mana daya beda item tersebut
tergolong kecil, dan perlu dieliminasi.
Sedangkan,
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas menggunakan keofisien alpha dengan
program JASP windows versi 0.18.10. Nilai reliability cronbach alpha ditunjukkan sebesar 0,85 yang menunjukkan
bahwa instrumen memiliki konsistensi internal yang baik (>0.7). Artinya,
instrumen ini baik dan andal untuk mengukur loneliness mahasiswa.
3.
Realibilitas
Try Out Kedua
Realibility Statistics |
|
Cronbach Alpha |
N of Items |
0.884 |
16 |
Data
menunjukkan bahwa reliabilitas Cronbach's α sebesar 0,884 yang berada di atas
batas minimum <0,7 untuk menunjukkan reliabilitas cukup baik. Analisis item
menunjukkan sebagian besar sudah
memiliki daya beda item yang baik (<0.3). Dari pernyataan ini, dapat
disimpulkan bahwa setelah eliminasi, reliabilitas semakin baik dengan daya beda
item terkecil berada di bawah 0,4.
Sedangkan,
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan aplikasi winsteps, di bagian
summary statistic menunjukkan bahwa nilai reliabilitas cronbach alpha sebesar
0,88 yang menunjukkan bahwa instrumen memiliki konsistensi internal yang baik
(>0.7). Artinya, instrumen ini baik dan andal untuk mengukur loneliness
mahasiswa.
Pembahasan
Penelitian ini memberikan
kontribusi signifikan terhadap pemahaman kesepian pada mahasiswa baru melalui
pengembangan Skala Kesepian Mahasiswa Baru (SKMB) yang valid dan reliabel.
Instrumen ini menunjukkan reliabilitas yang sangat baik dengan nilai Cronbach’s
Alpha yang meningkat dari 0,850 pada try out pertama menjadi 0,884 pada try out
kedua, yang menunjukkan konsistensi yang tinggi dalam mengukur tingkat
kesepian. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan
instrumen serupa, seperti UCLA Loneliness Scale yang menunjukkan reliabilitas
tinggi dalam mengukur kesepian (Russell, 1996). Temuan ini juga memperkuat
bukti bahwa alat ukur yang baik dapat menjadi sarana yang efektif untuk menilai
kondisi emosional mahasiswa baru di lingkungan kampus.
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa perempuan cenderung melaporkan tingkat kesepian yang lebih tinggi
dibandingkan laki-laki, yang konsisten dengan penelitian Wedaloka & Turnip
(2019), yang mengemukakan bahwa perempuan cenderung memiliki skor kesepian yang
lebih tinggi, terutama dalam dimensi emosional dan sosial. Penemuan ini dapat
dijelaskan dengan teori kebutuhan sosial Maslow (1943), yang menyatakan bahwa
hubungan sosial yang mendalam merupakan kebutuhan dasar bagi individu, dan
perempuan lebih cenderung merasa terhubung dengan orang lain secara emosional.
Oleh karena itu, perempuan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hubungan
interpersonal ini cenderung merasa lebih kesepian.
Namun, penelitian ini memiliki
beberapa keterbatasan, antara lain dominasi partisipan perempuan yang membatasi
kemampuan untuk menggeneralisasi temuan kepada populasi laki-laki. Selain itu,
penelitian ini belum mempertimbangkan faktor eksternal, seperti dukungan
keluarga atau faktor sosial-ekonomi, yang dapat memengaruhi tingkat kesepian.
Oleh karena itu, penelitian selanjutnya disarankan untuk melibatkan populasi
yang lebih beragam dan mempertimbangkan faktor kontekstual lainnya, serta
melakukan pengujian lebih lanjut untuk mengeksplorasi pengaruh faktor-faktor
lain terhadap kesepian mahasiswa baru. Peneliti juga disarankan untuk
memperluas instrumen ini dengan memasukkan lebih banyak dimensi psikologis yang
mungkin mempengaruhi kesepian, seperti kecemasan atau stres akademik.
Simpulan
Loneliness merupakan sebuah
kondisi emosional yang muncul ketika seseorang merasa ada ketidaksesuaian
jumlah dan kualitas antara hubungan sosial yang dimiliki dengan hubungan sosial
yang diinginkan. Untuk mengukur loneliness, skala disusun melalui tahapan
pembuatan item, try out pertama, dan try out kedua (data penelitian).
Pada try out pertama, yang
melibatkan 39 mahasiswa/i baru angkatan 2024 sebagai responden, kuesioner
dibagikan melalui Google Form. Hasil analisis menunjukkan nilai reliabilitas α
= 0,850 dengan 20 item, yang terdiri dari 13 item favorable dan 7 item unfavorable.
Namun, setelah analisis lebih lanjut, terdapat 4 item yang gugur. Selanjutnya,
dilakukan try out kedua dengan melibatkan 56 mahasiswa/i baru angkatan 2024.
Hasil analisis dari try out kedua menunjukkan peningkatan reliabilitas dengan
nilai α = 0,886. Skala akhir terdiri dari 16 item, yang terdiri atas 11
item favorable dan 5 item unfavorable.
Berdasarkan data yang sudah
diolah menggunakan analisis JASP dan Winstep, menunjukkan reliabilitas yang
baik dengan Cronbach's Alpha sekitar 0.88. JASP berfokus pada analisis
sederhana menggunakan teori tes klasik dengan melihat hubungan antar item dan bagaimana
penghapusan item tertentu dapat memengaruhi reliabilitas skala. Sementara itu,
WINSTEPS menggunakan Item Response Theory (IRT), khususnya analisis Rasch yang
tergolong pada teori tes modern, yang memberikan informasi lebih rinci tentang
kemampuan mahasiswa dan kecocokan data dengan model melalui INFIT/OUTFIT. Oleh
karena itu, JASP cocok untuk mengukur reliabilitas keseluruhan skala, sementara
WINSTEPS lebih cocok untuk analisis mendalam, seperti evaluasi soal per soal
dalam skala.
Saran
Saran dalam penelitian ini
disampaikan untuk memberikan panduan bagi para peneliti, subjek penelitian,
serta masyarakat umum dalam menghadapi dan mengatasi masalah loneliness,
terutama di kalangan mahasiswa baru. Pertama, bagi para penelitian selanjutnya disarankan
untuk melakukan pengujian skala pada kelompok yang lebih beragam, baik dari
segi latar belakang pendidikan maupun demografi, untuk memastikan bahwa skala
yang digunakan tetap relevan di berbagai konteks. Selain itu, peneliti dapat
menggali lebih dalam mengenai faktor-faktor eksternal yang mungkin memengaruhi
tingkat loneliness mahasiswa, seperti dukungan sosial, interaksi di
media sosial, atau aspek psikologis lainnya. Penggunaan teknologi seperti
aplikasi atau platform daring untuk pengumpulan data juga dapat dipertimbangkan
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pengumpulan responden.
Kedua, Bagi mahasiswa terutama
yang baru memasuki dunia kampus, disarankan untuk lebih aktif dalam membangun
hubungan sosial yang sehat dan mendukung, baik dengan teman sekelas maupun
dengan anggota organisasi kemahasiswaan. Keikutsertaan dalam kegiatan sosial
dan akademik dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan meningkatkan
kesejahteraan emosional. Mahasiswa juga dapat mencari dukungan psikologis jika
merasa kesulitan beradaptasi atau mengalami tingkat loneliness yang
tinggi.
Ketiga, masyarakat umum khususnya
orang tua dan pihak terkait dalam dunia pendidikan, disarankan untuk lebih peka
terhadap kondisi emosional mahasiswa baru yang sedang menjalani transisi ke
kehidupan kampus. Dukungan yang diberikan, baik secara langsung maupun melalui
program pendampingan atau konseling, dapat memainkan peran penting dalam
membantu mahasiswa mengatasi kesepian dan kesulitan sosial lainnya. Kesadaran
akan pentingnya kesehatan mental di kalangan mahasiswa perlu terus ditingkatkan
agar mereka dapat menjalani kehidupan kampus dengan lebih seimbang dan sehat
secara emosional.
Ucapan Terima Kasih
Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dalam pelaksanaan penelitian ini. Ucapan terima kasih
khusus disampaikan kepada mahasiswa baru yang telah berpartisipasi dalam uji
coba Skala Kesepian Mahasiswa Baru (SKMB) dan memberikan kontribusi data yang
sangat berharga. Kami juga mengapresiasi kerjasama yang terjalin dengan
rekan-rekan yang turut serta dalam proses penyusunan serta analisis data.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan penelitian ini tidak akan
terwujud tanpa bantuan dan kontribusi yang sangat berarti dari semua pihak yang
terlibat.
Referensi
Abraham, Maslow. 1943. A Theory of
Human Motivation. USA : Martino Fine Books.
Amaniah,
R. N. (2024). Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya Dan Kecerdasan Emosional
Terhadap Kesepian Pada Mahasiswa Perantau. 4, 2764–2775. https://eprints.umm.ac.id/id/eprint/4022/1/SKRIPSI.pdf
Helaluddin,
H., Alamsyah, A., & Purwati, D. (2022). Kesetaraan gender di perguruan
tinggi: Masihkah sebatas konsep? Raheema, 9(1). https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/raheema/article/view/1664/pdf
Russell, D.
W. (1996). UCLA Loneliness Scale (Version 3): Reliability, validity, and factor
structure. Journal of Personality Assessment, 66(1), 20–40. https://doi.org/10.1207/s15327752jpa6601_2
Sabrina, K.
N., Syakarofath, N. A., Karmiyati, D., & Widyasari, D. C. (2022).
Loneliness dan Internalizing Problems Remaja. Psychopolytan: Jurnal
Psikologi, 5(2). https://jurnal.univrab.ac.id/index.php/psi/article/view/2337/1158
Sari, R. P.,
Rejeki, T., & Mujab, A. (2006). Pengungkapan diri mahasiswa tahun pertama
Universitas Diponegoro ditinjau dari jenis kelamin dan harga diri. Jurnal
Psikologi Universitas Diponegoro, 3(2). https://doi.org/https://doi.org/10.14710/empati.2014.7615
Wedaloka, K.
B., & Turnip, S. S. (2019). Gender differences in the experience of
loneliness among adolescents in Jakarta. Humanitas Indonesian Psychological
Journal, 16(1), 33–42. https://journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/11311/pdf_19
Wijaya,
A. P. P., & Fahrul Rozi. (2024). Pengaruh Psychological Well-Being Dan
Perceived Social Support Terhadap Loneliness Pada Mahasiswa Perantau. G-Couns:
Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 9(1), 200–208. https://doi.org/10.31316/gcouns.v9i1.6325
Komentar
Posting Komentar